BAB
8/9
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN
OTONOMI DAERAH
8/9.6
Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki,
sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk
menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan
ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan
Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi
habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam
satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat
terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan
potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap
cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari
Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan
ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk
membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di
masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan
Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun
setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi
intinya.
2. Menciptakan
proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan
peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi daerah.
Hal ini sejalan
dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi
regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi
yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi
Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini
terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan
ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah
Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita
mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan
tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan
laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik
walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin
(leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula
perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan
industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan
tersebut”.
Model pembangunan
tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung
perkembangan ekonomi suatu wilayah. Model pembangunan ini mengharuskan adanya
konsentrasi pembangunan pada sektor yang menjadi unggulan (leading sector)
sehingga pada akhirnya akan merangsang perkembangan sektor lainnya.
Terdapat pula
analisis kompetensi inti (core competiton). Kompetensi inti dapat berupa produk
barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun
perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995)
adalah :
“Suatu kumpulan
kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat
pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan
bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut
Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya
saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu
kompetensi inti”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar