BAB VIII
Etika dalam
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Etika
diartikan sebagai sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan
seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Etika dalam akuntasi
membahas perilaku atau perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai akuntan. Etika ini
mengatur bagaimana seorang akuntan melakukan pekerjaannya. Tanpa kode etik,
seorang akuntan bisa saja langsung diberhentikan. Karena dalam profesi
akuntansi, skandal yang bertentangan dengan kode etik merupakan masalah besar.
Akuntansi
keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan
keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,pemasok, serta
pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah
persamaan akuntansi di mana aktiva adalah harta yang dimiliki suatu perusahaan
digunakan untuk operasi perusahaan dalam upaya untuk menghasilkan pendapatan.
Sedangkan modal yaitu selisih antara aktiva dikurang hutang. Akuntansi keuangan
berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau
organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan
tersebut. Laporan ini yang disusun
untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai
prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan
terhadap para pemegang saham. Sementara Akuntansi manajemen adalah disiplin
ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para manajemen
dan pihak-pihak internal lainnya untuk keperluan penghitungan biaya produk,
perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan
keputusan. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of
Management Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup,
penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi,
aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi
penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan
kepada pekerja, pengamanan asset
Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Manajemen
No
|
Akuntansi Keuangan
|
Akuntansi Manajemen
|
1
|
Dasar pencatatannya lazim
|
Dasar pencatatannya tidak terikat dengan
akuntansi lazim atau tidak lazim
|
2
|
Fokus informasinya pada masa lalu
|
Fokus informasi pada masa lalu dan masa
yang akan datang
|
3
|
Memiliki ruang lingkup informasi yang
menyeluruh
|
Ruang lingkup informasi hanya bagian
perusahaan
|
4
|
Sifat laporan yang dihasilkan yaitu berupa
ringkasan
|
Sifat laporan yang dihasilkan lebih rinci
dan unsurnya dominan
|
5
|
Lebih mementingkan pengukuran kejadian
ekonomi
|
Lebih bersangkutan dengan pengukuran
kinerja manajemen
|
6
|
Sumber yang melandasinya adalah Ilmu
Ekonomi
|
Sumber yang melandasinya adalah Ilmu
Ekonomi dan Ilmu Psikologi Sosial
|
Etika dalam
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik buruk dan sejauh mana yang dapat
ditentukan oleh akal sehat. Sedangkan akuntansi keuangan adalah seni penyusunan
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal dan pihak external.
Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan yang
menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan
dan mempertahankan nilai melalui pengambilan putusan dan manajemen sumber daya
yang tepat. Beberapa etika yang harus diterapkan oleh para pelaku dalam
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen adalah:
a. Kompetensi
Kompetensi
diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan
atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut. Dalam arti sebagai berikut:
1.
Menjaga tingkat
kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
2.
Melakukan tugas
sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
3.
Mampu menyiapkan
laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan serta dapat
diandalkan
b. Kerahasiaan
Confidentiality
atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak berkepen-tingan dapat
mencapai informasi, berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain
untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan
tertentu tersebut.
c. Integritas
Integritas adalah
adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Objektivitas
Objekivitas pada
dasarnya tidak berpihak, dimana sesuatu secara ideal dapat diterima oleh
semua pihak, karena pernyataan yang diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil
dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun nilai-nilai yang dianut
oleh subjek tertentu.
Sumber:
Seutuhnya – Jakarta : Salemba Empat, 2009
Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan
Relivansinya. Yogyakarta : Kanisius
BAB
IX
Isu
Etika Signifikan dalam Dunia Bisnis dan Profesi
Benturan Kepentingan
Sebelum membahas
tentang benturan kepentingan, ada baiknya kita mengetahui arti dari benturan
kepentingan itu apa. Benturan kepentingan itu adalah suatu perbedaan antara kepentingan
ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris,
atau pemegang saham utama perusahaan. Perusahaan menerapkan kebijakan bahwa
karyawannya harus menghindari investasi, asosiasi atau hubungan lain yang akan
mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan penilaian baik mereka
berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Situasi konflik dapat timbul
jika karyawan mengambil tindakan yang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka
untuk melaksanakan pekerjaannya secara obyektif dan efektif.Apabila situasi
semacam itu muncul maka harus segera melaporkan hal-hal yang terkait dengan
situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan.Apabila manajemen senior
perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan benturan kepentingan,
mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan tersebut kepada komite
pemeriksa. Berikut ini berberapa upaya perusahaan dalam menghindari benturan
kepentingan :
1. Menghindarkan
diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan.
2. Mengusahakan
lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan
potensi penyimpangan kegiatan pemupukan.
3. Menyewakan
properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan
kegiatan pemeliharaan.
4. Memiliki
bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan.
5. Menghormati
hak setiap insan perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, yang
sah, di luar pekerjaan dari perusahaan, dan yang bebas dari benturan dengan
kepentingan.
6. Mengungkapkan
dan melaporkan setiap kepentingan dan atau kegiatan-kegiatan di luar pekerjaan
dari perusahaan.
7. Menghindarkan
diri dari memiliki suatu kepentingan baik keuangan maupun non-keuangan pada
perusahaan yang merupakan pesaing
8. Tidak
memegang jabatan pada lembaga-lembaga atau institusi lain di luar perusahaan
dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulis dari yang
berwenang.
Etika dalam Tempat Kerja
Dunia kerja memang
menyimpan banyak sisi, secara positif orang memang menaruh harapandari dunia
kerja yaitu untuk memenuhi keperluan idupnya.Namun tuntutan pekerjaan pun bila
tidak dihadapi dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri.Menyikapi
hal tersebut mungkin ada hubungannya dengan fenomena maraknya kegiatan
eksekutif bisnis mendalami nilai-nilai agama.Mereka mengikuti aktivitas
keagamaan sepeti tasawuf, kebaktian bersama dan lainnya untuk mengkasji dan
mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang selama ini kerap hilang dari dunia
kerja. Banyak etika yang berlaku di tempat kerja, namun ada beberapa yang perlu
anda cermat :
1. Menghormati
Budaya Kerja Perusahaan Anda. Bila budaya kerja perusahaan tempat Anda bekerja
bersifat santai dan kasual, jangan mengenakan suits mahal dari butik perancang
italia. Hal ini disamping akan membuat Anda ‘berbeda’ juga dimungkinkan
menimbulkan kecemburuan sosial dari rekan-rekan sejawat Anda. Jadi bagian dari
mereka.
2. Hormat
Senior Anda dan lakukan sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan. Banyak
perusahaan punya tingkat hierarki sendiri, pelajari dan sesuaikan sikap Anda
pada tiap tingkatan. Misal: Jangan anggap bos seperti teman bermain atau
bercanda.
3. Hormati
Privacy Orang Lain. Meski Anda bekerja dengan banyak orang, Anda harus tahu
secara pasti batas-batas pribadi mereka Jangan sok akrab dengan melakukan pendekatan
yang tidak perlu.
4. Hormati
Cara Pandang Orang Lain. Selesaikan pertentangan yang terjadi dengan luwes.
Kenali perbedaan pendapat tentang agama, politik, moral serta gaya hidup
masing-masing orang, tapi jangan paksakan apa yang menjadi keyakinan Anda.
5. Tangani
Beban Kerja Anda. Tanpa perlu melimpahkannya pada orang lain. Stres memang
tidak dapat dihindari, namun saat mengalaminya Anda harus menyalurkannya pada
hal yang lebih positif, tanpa perlu marah atau membentak rekan kerja Anda.
6. Bersikap
Sopan Pada Semua Orang Di Kantor. Bahkan jika posisi Anda sudah lumayan tinggi
sekalipun, bukan berarti Anda dapat memerintah bawahan dengan sewenang-wenang.
Karena semua orang berhak dihormati dan didengar pendapatnya.
7. Tidak
Semena-mena Menggunakan Fasilitas Kantor. Perlu Anda ketahui bahwa peralatan
kantor disediakan untuk memudahkan kerja banyak pihak, jadi rawatlah baik-baik
semua fasilitas yang Anda pakai. Dan hindari penggunaan fasilitas kantor untuk
kepentingan pribadi. Misalnya, menggunakan mobil dinas untuk
keperluan-keperluan kantor dsb. Adapun beberapa praktik di dalam suatu
pekerjaan yang dilandasi dengan etika dengan berinteraksi di dalam suatu
perusahaan, misalnya:
§ Etika
Terhadap Saingan. Kadang-kadang ada produsen berbuat kurang etis terhadap
saingan dengan menyebarkan rumor, bahwa produk saingan kurang bermutu atau juga
terjadi produk saingan dirusak dan dijual kembali ke pasar, sehingga
menimbulkan citra negatif dari pihak konsumen.
§ Etika
Hubungan dengan Karyawan. Di dalam perusahaan ada aturan-aturan dan batas-batas
etika yang mengatur hubungan atasan dan bawahan, Atasan harus ramah dan
menghormati hak-hak bawahan, Karyawan diberi kesempatan naik pangkat, dan
memperoleh penghargaan.
§ Etika
dalam hubungan dengan public. Hubungan dengan publik harus dujaga sebaik
mungkin, agar selalu terpelihara hubungan harmonis. Hubungan dengan public ini
menyangkut pemeliharaan ekologi, lingkungan hidup. Hal ini meliputi konservasi
alam, daur ulang dan polusi. Menjaga kelestarian alam, recycling (daur ulang)
produk adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah
polusi, dan menghemat sumber daya alam.
Aktivitas bisnis international – masalah
budaya
Seorang pemimpin memiliki
peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan.Hal itu bukanlah sesuatu yang
kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu
adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam mereka melakukan
sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan
perusahaan sekarang ini.Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan
berbagai kondisi kemudahan.Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan
persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena
SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu.Mereka sendirilah yang membentuk
budaya itu (masalah budaya).Semua karena percontohan, penularan dan panutan
dari masing-masing pemimpin.Maka timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan
itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap
pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai
dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya
prilaku.Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak
etis.
Akuntabilitas Sosial
Akuntabilitas sosial merupakan proses
keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan pemerintah dalam
memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara
pemerintah. Tujuan Akuntanbilitas Sosial, antara lain :
1.
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan
tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu perusahaan.
2.
Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan managerial
social accounting, social auditing
3.
Untuk menginternalisir biaya sosial dan
manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan
sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan. Salah satu alasan
utama kemajuan akuntabilitas sosial menjadi lambat yaitu kesulitan dalam
pengukuran kontribusi dan kerugian. Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah,
diantaranya: 1. Menentukan biaya dan manfaat sosialSistem nilai masyarakat
merupakan faktor penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai
diasumsikan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat
dan mengidentifikasikan kontribusi dan kerugian secara spesifik 2. Kuantifikasi
terhadap biaya dan manfaat saat aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat
sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi. 3. Menempatkan nilai moneter
pada jumlah akhir.Tanggung Jawab Sosial Bisnis Dunia bisnis hidup ditengah-tengah
masyarakat, kehidupannya tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu ada suatu tanggungjawab social yang dipikul oleh bisnis. Banyak
kritik dilancarkan oleh masyarakat terhadap bisnis yang kurang memperhatikan
lingkungan. Banyak timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab
bisnis hanya terbatas sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan
harga yang murah, atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah
jangan mengambil keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.Dalam
dunia bisnis juga semua orang tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak
jujur dari sesamanya, banyak praktik manipulasi tidak akan terjadi jika
dilandasi dengan moral tinggi. Moral dan tingkat kejujuran rendah akan
menghancurkan tata nilai etika bisnis itu sendiri, karena masalahnya nilai
etika hanya ada di dalam hati nurani seseorang. Etika mempunyai kendali intern
dalam hati, berbeda dengan hokum yang mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan
tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang bisnis yang dilandasi
oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui bahwa perilaku jujur akan
memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya baik dalam duniawi maupun
akhirat.
Manajemen Krisis
Manajemen krisis dapat diartikan sebagai respon pertama
perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis
yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis normal
yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Manajemen krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline.Manajemen krisis
adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah
jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola
dengan baik sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan
sangat membantu meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan
masyarakat luas akan kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Terdapat enam aspek dalam penyusunan rencana bisnis yang
mesti kita perhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap
yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi
darurat (Emergency Respon).
2. Skenario
untuk pemulihan dari bencana (Disaster Recovery)
3. Skenario
untuk pemulihan bisnis (Business Recovery)
4. Strategi
untuk memulai bisnis kembali (Business Resumption)
5. Menyusun
rencana-rencana kemungkinan (Contingency Planning)
6. Manajemen
Krisis (Crisis Management). Penanganan krisis pada hakekatnya dalam setiap
penanganan krisis, perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim
manajemen krisis ini terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama
masa krisis terjadi. Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi
terhadap operasi bisnis yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik
dengan media untuk mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus
menginformasikan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang
diambil perusahaan sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Referensi :
BAB
X
Perkembangan
Terakhir dalam Etika Bisnis dan Profesi
Sepanjang sejarah, kegiatan
perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Perhatian etika
untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri. Sejak manusia terjun dalam
perniagaan, disadari juga bahwa kegiatan ini tidak terlepas dari masalah etis.
Aktivitas perniagaan selalu sudah berurusan dengan etika, artinya selalu harus
mempertimbangkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Memang
benar, sejak ditemukannya bisnis, etika sudah mendampingi kegiatan manusiawi
ini.
Namun demikian, jika kita menyimak
etika bisnis sebagaimana dipahami dan dipraktekkan sekarang, tidak bisa
disangkal juga, disini kita menghadapi suatu fenomena baru. Belum pernah dalam
sejarah, etika bisnis mendapat perhatian begitu besar dan intensif seperti
sekarang ini. Etika selalu sudah dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis,
sejak saat itu pula bisnis dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu
dikaitkan juga dengan wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia deperti
politik keluarga, seksualitas, berbagai profesi, dan sebagainya. Jadi, etika
dalam bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan
identitas tersendiri. Hal itu baru tercapai dengan timbulnya “etika bisnis” dalam
arti yang sesungguhnya. Etika dalam bisnis mempunyai riwayat yang sudah panjang
sekali, sedangkan umur etika bisnis masih muda sekali. Kita baru bisa berbicara
tentang etika bisnis dalam arti spesifik setelah menjadi suatu bidang (field)
tersendiri, maksudnya suatu bidang intelektual dan akademis dalam konteks
pengajaran dan penelitian di peruguran tinggi. Etika bisnis dalam arti khusus
ini untuk pertama kali timbul di Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak
cepat meluas ke kawasan dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan memperluas
pemikiran De George ini kita dapat membedakan lima periode dalam perkembangan
etika dalam bisnis menjadi etika bisnis.
1.
Situasi
Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato,
Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya
mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam filsafat dan teologi
Abad pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan Kristen maupun
Islam, Topik-topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari
perhatian filsafat (dan teologi) di zaman modern. Dengan membatasi diri pada
situasi di Amerika Serikat selama paro pertama abad ke-20, De George melukiskan
bagaimana di perguruan tinggi masalah moral di sekitar ekonomi dan bisnis
terutama disoroti dalam teologi.Pada waktu itu banyak universitas diberikan
kuliah agama dimana masiswamempelajari masalah – masalah moral sekitar ekonomi
dan bisnis. Pembahasannyatentu berbeda, sejauh mata kuliah ini diberikan dalam
kalangan katolik atau protestan.Dengan demikian di Amerika Serikat selama paro
pertama pada abad ke-20 etikadalam bisnis
terutama dipraktekan dalam
konteks agama dan teologi.
Danpendekatanini masih berlangsung terus sampai hari ini, di Amerika Serikat
maupun ditempat lain.
2.
Tahun
1960-an
Dalam tahun
1960-an terjadi perkembangan
baru yang dilihat sebagaipersiapan langsung
bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya. Dasawarsa1960-an
ini di Amerika Serikat (dan dunia
barat pada umumnya) ditandai
olehpemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di
ibukotaPrancis bulan Mei 1968). Suasana tidak tenang ini diperkuat lagi karena
frustasi yang dirasakan secara khusus oleh kaum muda dengan keterlibatan
Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini mengakibatkan
demonstrasi – demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika serikat. Secara
khusus kaum muda menolak kolusi yang dimata mereka terjadi antara militer dan
industri. Industri dinilai terutama melayani kepentingan militer. Serentak juga
untuk pertama kali timbul kesadaran akan masalah ekologis dan terutama industri
di anggap sebagai penyebab masalah lingkungan hidup itu dengan polusi udara,
air, dan tanah serta limbah beracun dan sampah nuklir.Dunia pendidikan
menanggapi situasi ini dengan cara berbeda – beda. Salah satu reaksi paling
penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues dalam
kuliah tentang manajemen. Beberapa
sekolah bisnis mulai dengan
mencamtumkan mata kuliah baru
di kurikulumnya yang biasanya
dibesi nama Business and Society. Kuliah ini diberikan
oleh Doden – Dosen manajeman dan mereka menyusun buku – buku pegangan dan
publikasi lain untuk menunjang matakuliah itu. Pendekatan
ini diadakan dari segi
manajemen , dengan sebagaian melibatkan
juga hukum dan sosiologi,
tetapi teori etika filosofis
disini belum dimanfaatkan.
3.
Tahun
1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang
intelektual dan akademis dengan identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika
Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya membicarakan aspek – aspek
moral dari bisnis di samping banyak pokokpembicaraan
moral lainya (etika dalam
hubungan dengan bisnis), kini
mulai berkembang etika dalam arti sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog
dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi) membicarakan masalah – masalah moral
dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf memasuki wilayah penelitian ini
dalam waktu singkat menjadi kelompok
yang paling dominan. Sebagaian
sukses usaha itu, kemudian
beberapa filsuf memberanikan
diri untuk terjun kedalam
etika bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya. Faktor
kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang study yang serius
adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal tahun.1970-an
krisis moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum
yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada waktu itu. Melatarbelakangi krisis
moral yang umum itu , dunia bisnis amerika tertimpa oleh kerisis moral yang
khusus . Sebagaian sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa – peristiwa tidak
etis ini pada awal tahun 1970-an dalam kalangan pendidikan Amerika didasarkan
kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu usaha khusus adalah
menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum ini ternyata
berdampak luas. Dengan demikian dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah
dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kapada perkembangannya ke arah
bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.
Terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis
pada tahun 1970-an yaitu:
- Sejumlah filsuf mulai terlibat
dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis
dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis.
- Terjadinya krisis moral yang
dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya
dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan.
Norman E. Bowie menyebutkan bahwa kelahiran etika bisnis ini disebabkan
adanya kerjasama interdisipliner, yaitu pada konferesi perdana tentang
etika bisnis yang diselanggarakan di universitas Kansas oleh philosophi
Departemen bersama colledge of business pada bulan November 1974.
4.
Tahun
1980-an
Di Eropa Barat etika bisnis sebagai
ilmu baru mulai berkembang kira – kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di
inggris yang secara geografis maupun kultural paling dekat dengan Amerika
Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara– negara Eropa Barat lainnya.
Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnisdi Eropa mencantumkan mata
kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kuliah pilihan ataupun
wajib di tempuh. Sepuluh tahun kemudian sudah terdapat dua belas profesor etika
bisnis pertama di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan
European Business Ethich Network (EBEN) yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari
universitas serta seklah bisnis
, para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional seperti misalnya serikat buruh).
Konferensi EBEN yang pertama
berlangsung di Brussel (1987). Konferensi
kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun : Milano
(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika , Noerwegia (1993), St.
GallenSwis (1994), Breukelen ,
Belanda (1995), Frankfurt
(1996). Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu
telah diterbitkan dalam bentuk buku.
5.
Tahun
1990-an
Dalam dekade 1990-an sudah menjadi
jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis
dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia, kita mendengar tentang
kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runtuhnya
komunisme disana sebagai sistem politik dan ekonomi. Tidak mengherankan bila
etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling
kuat di luar dunia barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika bisnis
adalah telah didirikannya international society for business management
economis and ethics (ISBEE).
Kemudian sejarah perkembangan
etika bisnis yang terakhir yaitu sebagai berikut:
1. Sejarah
etika bisnis sebelum 1960
Tergantung pada
perspektif seseorang dan tujuan dalam melacak konsep. Menelusuri sejarah
etika bisnis dari sudut pandang pengembangan organisasi bisnis. Etika sebagai
bidang pemikiran telah ada dalam agama dan filsafat selama ribuan tahun
dan telah diterapkan untuk kegiatan usaha dengan cara nilai-nilai etika yang
sama dan norma telah diterapkan untuk kehidupan sehari-hari.
2. Pada
tahun 1970
Etika bisnis sebagai
bidang akademik muncul pada era ini. Sejumlah filsuf memasuki bidang
bisnis dan berkontribusi dalam penyusunan mengenai etika bisnis. Sebagian besar
buku-buku ini difokuskan pada etika bisnis dari filsafat moral dan makro atau
perspektif normative tapi masalah mikro juga. Buku ini juga membantu dalam
hal mikro mengembangkan suatu organisasi.
3. Pada
tahun 1980
Dampak terbesar pada
praktek etika bisnis pada tahun 1980 adalah Industri Pertahanan
Inisiatif. Industri Pertahanan Initiative Etika Bisnis dan Perilaku
(DII) dikembangkan untuk memandu dukungan perusahaan untuk perilaku
etis.
4. Pada
tahun 1990
Sejaktahun1990an menjadi masa
kritis sehubungan dengan etika krisis global dan perkembangan kebijakan
public yang dirancang untuk melembagakan etika bisnis diseluruh dunia Pada
tahun1990, etika bisnis sudah menjadi sebagai disiplin akademis., dan
mulai menjadi sebuah organisasi. Pertama Perkembangan terjadi pada1980-an,
namun institusionalisasi etika bisnis melalui public kebijakan bergerak
cepat melalui tahun1990-an dan 2000-an.
5. Pada
tahun 2000-an
Organisasi program
etika di AS dikembangkan diperusahaan public etika menjadi lebih dilembagakan
oleh Pedoman Hukuman Federal untuk Organisasi, khususnya 2004 amandemen
dan UU Sarbanes-Oxley (2002). Kebijakan ini publik Pendekatan untuk
pelembagaan mewakili makro atau pendekatan deskriptif etika bisnis.
Sumber :
http://resfitadamayanti22.blogspot.co.id/2018/01/perkembangan-terakhir-dalam-etika.html
terimakasih mba nilam..
BalasHapussalam,
https://marketing.ruangguru.com/tour